Jumat, 25 Juni 2010

PENELITIAN HADIS

PENELITIAN HADITS

I. PENDAHULUAN

Hadis merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah al-Qur’an. Banyak para ulama menggunakan hadis untuk menetapkan hukum-hukum dalam ajaran agama islam. Jadi hadis mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pedoman ajaran agama islam. Jika al-Qur’an secara keseluruhan diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan tidak semua hadis diriwayatkan secara mutawatir.
Hal ini disebabkan karena hadis Nabi baru dibukukan secara resmi jauh setelah Nabi wafat. Oleh karenanya, tidak sedikit ditemukan hadis Nabi yang berkualitas dha’if (lemah) dan maudhu’(palsu). Dan untuk mengetahui tingkat kualitas masing-masing hadis, maka diperlukan perangkat analisis atau penelitian hadis-hadis tersebut.

II. POKOK MASALAH
A. Latar Belakang Penelitian Hadis.
B. Model Penelitian Hadis
C. Pendekatan Yang Digunakan.

III. PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Penelitian Hadis
Penilitian hadis merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan ummat manusia sekarang. Dimensi ajaran agama islam yang dibawa Rasulullah saw. Mengharuskan untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat. Sebagai sumber ajaran islam yang kedua setelah al-Qur’an, keberadaan hadis, disamping telah mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang kehidupannya, juga telah menjadi bahasan kajian yang menarik, dan tiada henti-hentinya.
Membicarakan hadis pada masa Rasulullah saw. Berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhannya. Tidak sedikit ditemukan hadis Nabi yang berkualitas dha’if (lemah) dan maudhu’(palsu). Maka para ulama melalui penelitiannya telah membagi hadis kepada shahih, hasan dan dho’if. Dengan demikian banyak hadis yang mardud (ditolak) karena cacat pada sanad atau matannya,.untuk itulah maka penelitian terhadap suatu hadis guna mengetahui tingkat validitasnya sangat signifikan, agar suatu hadis dapat diketahui apakah ia dapat dijadikan hujjah atau tidak dalam menetapkan hukum.

B. Model Penelitian Hadis
1. Model Penelitian Klasik
Dalam penelitian hadis (naqd al-hadits) klasik, model penelitian diarahkan kepada dua segi: sanad dan matan, yang dikenal dengan keshahihan hadis.
a. Penelitian Sanad
Dalam penelitian sanad, model yang ditempuh adalah dengan melakukan langkah-langkah berikut ini. Pertama, melakukan i’tibar. Gunanya untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung (corraboration) berupa periwayat yang bersetatus mutabi’ atau syahid. Kedua, meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya. Dalam langkah ini yang lazim dilakukan adalah:
1) Sejumlah kriteria keshahihan sanad hadis seperti disebutkan didepan dijadikan patokan untuk menilai kualitas pribadi (adil) dan kapasitas intelektual (dhabit) periwayat yang diteliti.
2) Disusul sekilas tentang al-jarh wa al-ta’dil yang pada dasarnya mengeritik celaan atau pujian terhadap periwayat hadis yang hadisnya sedang diteliti, yang didalam studi hadis dibahas dibawah studi ilmu al-jarah wa al-ta’dil.
3) Giliran lanjut adalah persambungan sanad baik lambang-lambang metode periwayatan maupun hubungan periwayat dengan metode periwayatannya.
4) Disusul dengan meneliti syudzudz dan illah: mengetahui syudzudz, diantaranya dengan membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk matan yang topik pembahasannya sama atau memiliki segi kesamaan.
Ketiga, menyimpulkan hasil penelitian sanad, yakni menarik kesimpulan (natijah) dari pembahasan diatas, disertai argumen-argumen yang jelas: sebelum atau sesudah natijah itu.
2. Penelitian Matan
Dalam penelitian segi matan, langkah-langkahnya meliputi pentahapan berikut ini. Pertama, meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya. Beberapa hal yang dapat dijadikan pegangan pada tahap ini, adalah
a. Melakukan penelitian matan sesudah meneliti sanad
b. Kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya dan
c. Acuan yang tetap dijadikan pegangan disini adalah kaidah keshahihan matan, yakni matan hadis yang diteliti itu terhindar dari kejanggalan dan cacat
Itu berarti bahwa untuk meneliti matan, maka kedua unsur tersebut harus menjadi acuan utama. Menurut Al-Baghdadi, suatu matan hadis baru dinyatakan makbul, yaitu karena berkualitas shahih. Kedua, meneliti susunan lafad matan yang semakna. Ketiga, meneliti kandungan matan.
3. Model Penelitian Quraish Shihab
Penelitian yang dilakukan oleh Quraish Shihab terhadap hadis, menunjukan jumlahnya tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian terhadap al-Qur’an. Hasil penelitian Quraish Shihab tentang fungsi hadis terhadap al-Qur’an menyatakan bahwa al-Qur’an menyuruh Rasulullah saw untuk menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS. An-Nahl: (16): 44).
Pada prinsipnya menurut beliau, hadis memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur’an, yaitu memberikan perincian dan pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur’an yang masih mujmal, memberikan taqyid (persyaratan) ayat-ayat al-Qur’an yang masih mutlak dan memberikan tahsis (penentuan khusus) ayat al-Qur’an yang masih umum.
4. Model Penelitian Musthafa As-Shiba’i
Penelitian yang dilakukan Musthafa As-Shiba’i dalam bukunya bercorak eksploratif dengan menggunakan pendekatan histories dan disajikan secara deskriptif analisis. Dalam sistem penyajiannya menggunakan pendekatan kronologi urutan waktu dan sejarah.
5. Model Penelitian Muhammad Al-Ghazali
Muhammad Al-Ghazali yang menyajikan hasil penelitiannya tentang hadis dalam bukunya berjudul As-Sunnah Annabawiyah Baina Al Fikh Wa Abdul Al Hadis. Dilihat dari isi kandungannya tampak bahwa penelitian hadis yang dilakukan Muhammad Al-Ghazali termasuk penelitian eksploratif, yaitu membahas, mengkaji, dan menyelami sedalam-dalamnya hadis dari berbagai aspek.
6. Model Penelitian Kontemporer
Model penelitian hadis yang bersifat kontemporer ini diarahkan pada fokus kajian aspek tertentu saja misalnya. Rif’at Fauzi Abdul Muthalib tahun 1981 Masehi, meneliti tentang perkembangan sunnah pada abad ke-dua Hijriyah. Hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bukunya berjudul Tautsiq Assunnah Fi Al-Qur’an Ats-Tsani Al-Hijri. Selanjutnya Muhammad Abu Rayyah melalui telaah kritis atas sejumlah hadis Nabi Muhammad saw.
Berbagai pendekatan dalam penelitian hadis banyak digunakan berbagai corak dan ragam penelitian misalnya pendekatan sosiologi, pedagogis, antropologi, ekonomi, social politik, dan filosofis.

C. Pendekatan Yang Digunakan
1. Pendekatan Psikohistoris. Pendekatan psikohistoris ini dimanfaatkan, mengingat hadis yang tak lain dari suatu yang berasal dari bahasa ujaran, dalam memahaminya memerlukan kelengkapan. Komarudin Hidayat mengatakan, munculnya tradisi penulisan dan percetakan tidak berarti menghapus tradisi lisan, melainkan memperkaya. Bahkan penilaian sementara ahli bahwa ketika bahasa lisan ditransfer kedalam bahasa tulis, maka banyak aspek fundamental dalam “peristiwa bahasa” menghilang. Padahal, seperti dilanjutkan oleh Komar, komunikasi adalah suatu peristiwa yang melibatkan aspek psikologis, tempat, suasana, gaya dan ketika peristiwa komunikasi dituangkan dalam tulisan, maka menjadi terkunci dan membeku.
2. Pendekatan Historisfenomenologis. Yaitu suatu teks hadis tidak akan lepas dari segi peristiwa kesejarahan ketika ia direkam disamping juga kondisi dimana sahabat mengartikulasikan teks itu dalam bentuk tuturan yang akhirnya menjadi bahan tertulis seperti yang ada sekarang. Karena itu, pendekatan dimaksud sangat diperlukan guna dapatnya memahami hadis secara utuh dekat dengan konteks ketika hadis itu diperoleh dari penyampainya, yakni sahabat yang meriwayatkan hadis dalam kondisi seperti yang dikehendaki demikian oleh penyampainya pada masa hadis tersebut disampaikan.
3. Pendekatan Sosiohistoris. Yaitu keadaan sosial kemasyarakatan dan tempat serta waktu terjadinya, memungkinkan utuhnya gambaran pemaknaan hadis yang disampaikan, sekiranya dipadukan secara harmoni dalam suatu pembahasan. Oleh karena itu, pendekatan ini dapat dimanfaatkan sehingga diperoleh hal-hal yang bermanfaat secara optimal dari hadis yang disampaikan.


IV. KESIMPULAN
1. Latar Belakang Penelitian Hadis
Sebagai sumber ajaran islam yang kedua setelah al-Qur’an, keberadaan hadis, disamping telah mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang kehidupannya, juga telah menjadi bahasan kajian yang menarik, dan tiada henti-hentinya.
2. Model Penelitian Hadis
1) Model Penelitian Klasik
a) Penelitian Sanad
b) Penelitian Matan
2) Model Penelitian Quraish Shihab
3) Model Penelitian Musthafa As-Shiba’i
4) Model Penelitian Muhammad Al-Ghazali
5) Model Penelitian Kontemporer
3. Pendekatan Yang Digunakan
1) Pendekatan Psikohistoris
2) Pendekatan Historisfenomenologis
3) Pendekatan Sosiohistoris

V. PENUTUP
Demikian makalah yang kami sampaikan, dengan harapan lewat makalah ini akan menambah wawasan kita mengenai penelitian hadis. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR FUSTAKA

Ismail, M. Syuhudi, Hadist Nabi Menurut Pembela, Pengingkar Dan Pemalsunya, cet.I; Jakarta: Gema Insani Prees,1995
Suryadilaga, M. Alfatih, Aplikasi Penelitian Hadist, Yogyakarta : Penerbit Teras, 2009
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Erfan Soebahar, Dr. H.M, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunnah, Jakarta Timur: KENCANA, 2003
Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: AMZAH, 2006

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kulah: Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: M. Masrur. M.Ag

Disusun Oleh:
Abdul Asep : 084211001
Acep Husbanul Kamil : 084211002
Hasan Hakim : 084211004


FAKULAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar