Jumat, 25 Juni 2010

KELAHIRAN PENGETAHUAN ALAMIAH MODERN

KELAHIRAN PENGETAHUAN ALAMIAH MODERN

I. PENDAHULUAN
Dalam usaha memecahkan masalahnya, manusia melakukan berbagai usaha. Ada yang berpegang pada cara-cara tradisional, dan ada pula yang berpaling pada ilmu. Dalam hal ini ilmu memberikan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, yaitu keputusan yang didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah.
Dalam perkembangan manusia, sesudah tahap mitos, manusia berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap ini, rasio sudah terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berfikir secara objektif. Perkembangan alam pikiran manusia merupakan suatu proses, maka manusia tidak puas dengan pemikiran ini, sehingga berkembang kedalam tahap positif atau tahap ilmu. Ilmu dengan perangkat cara berpikirnya telah mampu menganalisis masalah kehidupan dengan berbagai segi nya, termasuk juga masalah moral.

II. POKOK PEMBAHASAN
1. Metode Keilmuan Atau Pendekatan Ilmiah
2. Perkembangan Pengetahuan Dari Masa Ke Masa

III. PEMBAHASAN
A. Metode Keilmuan Atau Pendekatan Ilmiah
Ada beberapa metode keilmuan atau pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Penalaran Deduktif (Rasionalisme)
Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan, manusia dapat menjawab pertanyaan tanpa mengarang mitos. Dengan demikian mitos kurang disenangi dan hanya dipakai untuk memberi keterangan pada anak kecil, kalau kita kebetulan terlalu malas untuk memberi keterangan ilmiah yang lengkap. C. A. Van Pursen dalam bukunya mengatakan bahwa: “Di dalam mitos manusia terikat, manusia menerima keadaan sebagai takdir yang harus diterima.” Lama-kelamaan manusia tidak mau terikat, maka manusia berusaha mencari penyelesaian dengan rasio. Dalam pemikiran ini, manusia sudah memisahkan dirinya sehingga memandang alam dengan jarak terhadap dirinya. Manusia sebagai subjek menempatkan dirinya di luar alam yang dijadikan objek.
Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa alam, misalnya gunung api meletus yang menimbulkan banyak korban dan kerusakan, manusia tidak lagi mengadakan selamatan dengan tari-tarian dan nyanyian, tetapi dengan mengamati peristiwa itu, mempelajari mengapa gunung api dapat meletus, kemudian berusaha mencari penyelesaian dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan hasil pengamatannya.
Dalam menyusun pengetahuan kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

2. Penalaran Induktif (Empirisme)
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman konkret. Menurut paham empirisme ini, gejala alam itu bersifat konkret dan dapat ditangkap dengan panca indra manusia. Dengan pertolongan panca indranya, manusia berhasil menghimpun sangat banyak pengetahuan. Himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan yang disusun secara teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya.
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umum.



3. Pendekatan Ilmiah, Kelahiran IPA
Agar himpunan pengetahuan itu dapat disebut ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme. Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau menggunakan metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih terlalu dapat menghasilkan suatu teori dan dapat diuji dalam hati keajegan dan kemantapan nya. Artinya bila mana diadakan penelitian ulang, yang dilakukan oleh siapapun dengan langkah-langkah yang serupa dan pada kondisi yang sama, akan diperoleh hasil yang konsisten. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka.
Jadi, suatu himpunan pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bila mana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan antara rasionalisme dan empirisme.

B. Perkembangan Pengetahuan Dari Masa Ke Masa
1. Zaman Purba
Dari peninggalan-peninggalan yang ditemukan, dapat dianalisis pengetahuan yang telah dimiliki manusia purba, begitu juga bagaimana perkembangannya. Bahan-bahan yang ditemukan dari zaman purba (yang mencakup zaman batu) adalah:
1) Alat-alat dari batu dan tulang
2) Tulang belulang hewan
3) Sisa-sisa dari beberapa tanaman
4) Gambar dalam gua-gua
5) Tempat-tempat penguburan, dan
6) Tulang-tulang manusia purba.
Terdapat alasan-alasan yang menunjukkan bahwa benda-benda tersebut merupakan alat, bukan hanya batu alam biasa. Alasan-alasan tersebut diantaranya adalah kemiripan bentuk frekuensinya yang relatif tinggi, perubahan bentuk yang sejalan dengan umurnya, kekerasan nya dan adanya ukiran-ukiran yang terdapat pada alat-alat dari batu tersebut.
Perbaikan bentuk dari alat-alat tersebut, menunjukkan bahwa manusia pada jaman itu telah dapat menghayati, membeda-bedakan, dan menunjukkan kecenderungan menuju ke arah fungsi yang lebih baik. Di samping karena pengalamannya, maka pemilihan batu, dari yang empuk hingga yang keras, menunjukkan kemampuannya untuk membedakan dan memilih. Dengan demikian, maka zaman batu ini ditandai oleh pengetahuan yang diperoleh berdasarkan:
a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan membeda-bedakan
c. Kemampuan memilih
d. Kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja “trial and error”

Dalam perkembangannya manusia purba juga dapat memperoleh pengetahuan atau kemampuan sebagai berikut:
a. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman
b. Kemampuan melakukan abstraksi berdasarkan kesamaan atau keteraturan
c. Kemampuan menulis dan berhitung, dan menyusun kalender, yang semuanya berdasarkan proses sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
d. Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang semuanya berdasarkan proses abstraksi.
e. Kemampuan meramal berdasarkan peristiwa fisis, misalnya ramalan terjadinya gerhana.
Kemampuan atau pengetahuan yang telah dimiliki tersebut di atas semuanya masih diperoleh secara alamiah, artinya tanpa disadari dan disengaja. Jadi, segala peristiwa yang terjadi hanya diterima sebagaimana adanya tanpa usaha pendalaman lebih lanjut. Manusia purba masih dalam tingkat receptive attitude and receptive mind (sekadar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran).

2. Zaman Yunani
Masa 600-200 SM biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman itu proses-proses perkembangan know how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, sekalipun tingkatannya sudah jauh lebih maju daripada zaman sebelumnya. Dalam bidang pengetahuan yang berdasarkan sikap dan pemikiran yang sekadar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman tersebut secara pasif- receptive. Mereka memiliki “Inquiry attitude and inquiry mind.”
Thales 624-548 SM dianggap sebagai orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isinya. Dia tidak dapat menerima begitu saja adanya kenyataan bahwa di bumi ada air, api, udara, awan, kayu, batu dan lain-lainnya. Hal ini hanya dianggap sebagai gejala. Dalam pemikiran timbul pemikiran: “Dari apakah hal-hal yang berbeda tersebut dibuat?.” “Sebenarnya, tidakkah bahan dasarnya terbatas, sedangkan gejalanya yang banyak sekali?.”
Dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan, yang penting bukannya jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut,Thales menekankan pentingnya pertanyaan. Pengajuan pertanyaan yang terus menerus akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus juga. Dengan demikian pertanyaan merupakan suatu motor yang tatap mendorong pemikiran dan penyelidikan.
Disamping Thales terdapat banyak tokoh filsafat yunani yang besar sekali sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan, diantaranya adalah Pythagoras, Aristoteles dam Archimides.

3. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa dimulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian.
Copernicus, Tycho Broche, Keppler dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut. Mereka menciptakan prinsip heliosentris me. Dengan teropong nya Galileo memastikan bahwa seperti bulan, planet-planet tidak memancarkan cahayanya sendiri, tetapi memantulkan cahaya matahari yang jatuh pada planet-planet tersebut. Dia juga menyusun dasar hukum-hukum yang menghubungkan kecepatan, percepatan, dan jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan menguraikan metodenya. Setelah adanya karya F. Bacom tersebut, muncullah tokoh-tokoh yang peranannya sangat menentukan dalam berkembangnya ilmu pengetahuan selanjutnya. Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada:
1) Penganutan dan pengamalan manusia yang terus menerus
2) Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakukan secara sistematis
3) Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, yang antara lain adalah:
a. Analisis langsung
b. Analisis perbandingan, dan
c. Analisis sistematis dengan menggunakan model-model sistematis.
4) Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan sehubungan dengan model-model itu
5) Percobaan-percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan-percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya: benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berpikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang didalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju ke arah kebenaran.

IV. KESIMPULAN
A. Metode Keilmuan Atau Pendekatan Ilmiah
Ada beberapa metode keilmuan atau pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Penalaran Deduktif (Rasionalisme)
Dalam menyusun pengetahuan kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
2. Penalaran Induktif (Empirisme)
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umum.

B. Perkembangan Pengetahuan Dari Masa Ke Masa
1. Zaman Purba
Dari peninggalan-peninggalan yang ditemukan, dapat dianalisis pengetahuan yang telah dimiliki manusia purba, begitu juga bagaimana perkembangannya. Bahan-bahan yang ditemukan dari zaman purba (yang mencakup zaman batu) adalah:
1) Alat-alat dari batu dan tulang
2) Tulang belulang hewan
3) Sisa-sisa dari beberapa tanaman
4) Gambar dalam gua-gua
5) Tempat-tempat penguburan, dan
6) Tulang-tulang manusia purba.
2. Zaman Yunani
Dalam bidang pengetahuan yang berdasarkan sikap dan pemikiran yang sekadar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman tersebut secara pasif- receptive. Mereka memiliki “Inquiry attitude and inquiry mind.”

4. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa dimulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian.



V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.


DAFTAR PUSTAKA

Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 83-90

Roosmini dkk., Dra. Mien, Ilmu Alamiah Dasar, IKIP Semarang, 1990, hlm. 32




























PENGERTIAN DASAR HADIS DAN SUNNAH

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Ilmu Alamiah Dasar
Dosen Pengampu: Bpk. Adnan











Disusun Oleh:

Abdul Asep : 084211001



FAKULAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar