Jumat, 25 Juni 2010

HAKIKAT IMAN

HAKIKAT IMAN

I. PENDAHULUAN
Pembahasan seputar iman adalah sangat penting, sebab iman menjadi satu istilah yang syar’i dan agung di dalam syariat. Secara bahasa iman berarti pembenaran (tashdiq) yang pasti dan tidak terkandung keraguan di dalamnya. Pembenaran yang dimaksud dari iman ini meliputi dua perkara, yaitu membenarkan segala berita, perintah, dan larangan, serta melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan- larangan-Nya.

II. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Iman
2. Unsur-unsur keimanan
3. Analisa Hakikat Iman

III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa, ialah At-tashdiq bil-qalb (membenarkandengan hati). Menurut istilah al-qaulu bil-lisan, wat-tashdiqu bil janan, wal-‘amalu bil-arkan (mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati, dan mengerjakan dengan anggota). Menurut sebagian ahli ilmu, ialah tashdiqur rasuli fi ma ja’a bihi ‘an rabbihi (membenarkan rasul terhadap apa yang didatangkan dari Tuhannya.
Iman menurut pendapat ulama salaf dan khalaf, ialah “mengucapkan dengan lidah”, yakni “mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengamalkannya.” Masuk kedalam mengamalkan ini, amalan hati dan amalan anggota (iktikad dan ibadah). Atau, “mengiktikadkan dengan hati, menuturkan dengan lidah dan mengerjakan dengan anggota. Dan iman itu ada kalanya dipergunakan untuk arti: “jiwa tunduk kepada kebenaran dengan jalan membenarkannya.
Hal itu terjadi apabila, membenarkan dengan hati, mengakui dengan lidah, mengerjakan apa yang dibenarkan dan yang diakuinya itu, dengan anggota tubuh.

2. Unsur-Unsur Keimanan
Unsur-unsur keimanan menurut hadis Rasulullah saw, Abu hurairah ra memberitahukan:
حَدَ ثَنَا مُسَدَّدٌ قال حد ثنا إسما عيلُ بْنُ إبرا هيمَ أخبرنا أبو حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عن أبي زُرْعَةِ عن أبي هريرةَ قال كان النَّبِيُّ صلى اللهُ عليه وسلم بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأْتَاهُ جبريلُ فقال مَااْلإِيْمَانُ قال الإيمانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وملائكتهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِاْلبَعْثِ قال ماالإسلامُ قال الإسلامُ أنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ المَفْرُوْ ضَة وَتَصُومَ رَمَضَانَ قال ماالإحْسَانُ قال أنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَّمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قال مَتَى السَّاعَةَ قال ما المَسْئُوْلُ عَنْهَا بأعْلَمَ مِن السَّائِلِ وَسَأخْبَرُكَ عن أشْرَاطِهَا اذا وَلَدَت الأمة رَبَّهَا واذا تَطاوَلَ رُعَاةُ الإبِلِ البُهْمُ في البُنْيَانِ في خَمْسٍ لايَعْلَمُهُنَّ الااللهُ ثمَّ تَلاَ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم إن اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ الاية ثم أدْبَرَ فقال رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فقال هذا جبريلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِيْنَهُمْ قال
أبو عبدُاللهِ جَعَلَ ذَلِكَ كُلّهُ مِن الإيمان (البخاري),

Artinya: “Musaddad talah menceritakan kepada kami, dia berkata Isma’il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayan Attaimiy telah mengabarkan kepada kami dari Abi Jur’ah dari Abi Hurairah berkata: “Pada suatu hari Nabi saw. Hadir dan duduk bersama para sahabat, maka datanglah seorang laki-laki lalu bertanya: Apakah iman itu? Nabi menjawab: Iman itu, ialah engkau mengimani (engkau membenarkan sambil mengakui) Allah, malaikat-malaikat-Nya dan menjumpai-Nya, dan Rasul-rasul-Nya dan engkau mengimani perihal bangkit. Orang itu bertanya pula: Apakah islam itu? Nabi menjawab: Islam itu ialah engkau mengibadati Allah, engkau tidak memperserikatkan sesuatu dengan Dia, engkau mendirikan shalat, engkau menunaikan zakat yang difardhukan, dan engkau berpuasa di bulan ramadhan. Orang itu bertanya lagi: Apakah ihsan itu? Nabi menjawab: Ihsan itu, ialah engkau mengibadati Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihat engkau. Kemudian orang itu bertanya: Kapankah sa’ah (kiamat) itu? Nabi menjawab: Tidaklah orang yang ditanya kepadanya tentang sa’ah, lebih mengetahui daripada orang yang bertanya. Dan saya akan mengabarkan kepada engkau tentang tanda-tandanya (yaitu): Apabila budak-budak perempuan melahirkan tuannya dan apabila penggembala-penggembala unta yang berkulit hitam bermegah-megahan dalam mendirikan rumah-rumahnya yang bertingkat. Mengetahui sa’ah (kiamat), masuk dalam 5 perkara, yang tidak ada yang mengetahuinya selain Allah sendiri. Kemudian orang itupun pergi. Kemudian Nabi bersabda: Bawalah orang itu kembali. Para sahabt tidak melihatnya lagi, kemudian Nabi pun bersabda lagi: Ini adalah Jibril datang mengajar kepada manusia, agama mereka”.

Nabi telah menerangkan dalam hadis ini lima dasar pokok iman, yaitu:
1. Mengimani adanya Allah, mengimani sifat-sifat yang wajib bagi-Nya.
2. Mengimani adanya malaikat Allah, yaitu tubuh-tubuh yang disandarkan kepada alam atas yang berbentuk cahaya yang dapat membentuk dirinya dengan apa yang diinginkannya.
3. Mengimani bahwa kita akan melihat atau menjumpai Allah di akhirat kelak.
4. Mengimani Rasul-rasul-Nya, yakni membenarkan bahwasannya para Rasul adalah orang-orang yang benar dengan segala apa yang mereka sampaikan di dunia.
5. Mengimani bahwa semua makhluk akan dibangkitkan dari kubur, (iman akan adanya titian neraka, timbangan surga dan neraka).
Dalam salah satu riwayat hadis ini, terdapat perkataan w kutubihi (dan kitab-kitab-Nya).

Hakikat iman ialah: “Tashdiq yang benar dan teguh yang disertai oleh tunduknya jiwa menerima dan menyerah atau tunduknya ruh (jiwa) kepada kebenaran dan mengakui kebenaran dan mengakui benarnya kebenaran itu.” Tanda-tandanya, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki oleh pengakuan jiwa itu.

3. Analisa Hakikat Iman
Hakikat keimanan (iman) berdasarkan ayat al-qur’an surat al-anfal ayat 2 sampai 4 dapat disimpulkan bahwa:
Innamal mu’minuuna: sesungguhnya segala orang yang mukmin. Yang benar dan tulus ikhlas dalam beriman adalah mereka-mereka yang berkumpul pada lima perkara dibawah ini:
1. Allazina adzaa dzukirallaahu wajilat quluubuhum: itulah orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah jiwa-jiwa mereka. Segala mereka yang apabila ingat akan Allah, mengakui kebesaran-Nya dan mengingat janji dan ancaman-Nya, timbullah ketakutan dalam jiwa mereka.
2. Wa idzaa tuliyat ‘alaihim aayaatuhuu zaadat- hum iimaanan: Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah bertambah-tambah iman mereka. Segala mereka yang apabila dibaca kepada mereka ayat-ayat Al-quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad, bertambah-tambah iman mereka dan berangsur-angsur sempurnalah keyakinan mereka dan bertambah kesungguhan mereka beramal. Orang mukmin, semakin banyak dalil yang diperolehnya, semakin kuat hujjah-hujjah yang didapatinya; semakin bertambah imannya, semakin terhunjamlah akidahnya dan semakin tekun mengerjakan amalan.
3. Wa’alaa rabbihim yatawakkaluun: Dan kepada Tuhan mereka menyerahkan diri. Mereka menyerahkan diri kepada Tuhan sendiri tidak kepada seseorang yang lain. Mereka bertawakkal dan beramal dengan sesungguh-sungguh hati disamping mengerjakan ibadah agama. Ketiga sifat yang telah tersebut ini adalah sifat-sifat hati. Adapun sifat-sifat yang berkaitan dengan tubuh maka adalah sebagai yang diterangkan oleh ayat berikutnya.
4. Alladziina yuqiimuunash shaalaata: Segala mereka yang mendirikan sembahyang, menunaikannya dengan sempurna segala rukun dan syaratnya yang nyata seperti berdiri, ruku’,sujud, bacaan dan zikir. Dan sempurna pula maknanya yang tersembunyi, yaitu khusyu dan khudu’ dalam bermunajat, memahami apa yang di baca dalam al-qur”an serta mengikutinya.
5. Wa min maa razaqnaahum yunfiquun: Dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang telah kami berikan kepada mereka. Mereka menafkahkan sebagian rezeki yang telah kami berikan dalam rupa-rupa kebajikan, dalam mengeluarkan zakat, nafkah-nafkah yang wajib dan yang disunnatkan dan dalam kemaslahatan-kemaslahatan umum yang mendatangkan kebahagiaan bersama.

Ulaa-ika humul mu’minuuna haqqan: Itulah orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya. Mereka yang bersifat dengan lima sifat itulah mukmin yang sungguh-sungguh telah berhunjam iman dalam dadanya.
Lahum darajaatun ‘inda rabbihim wa maghrfiratuw wa rizqun kariim : mereka memperoleh beberapa derajat di sisi tuhan mereka, ampunan dan rezeki yang mulia. Mereka memperoleh derajat yang lebih tinggi di sisi tuhan sesuai dengan amalan dan niat mereka dan mereka mendapat ampunan pula dari Allah serta nikmat sorga.

IV. PENUTUP
Demikian makalah mengenai hakikat iman, yang dapat kami susun sebagai bahan untuk didiskusikan dan ditelaah lebih dalam dengan berbagai pendekatan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita. Dan kami minta ma’af apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah kami. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kemajuan kedepan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhary 2: 37; Muslim 1:1; Al Lu’lu’ wal Marjan 1:2
Hasbi Ash Shiddieqi, Teungku Muhammad, Mutiara Hadits Keimanan, Jilid 1, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002
Hasbi Ash Shiddiqy, Teungku Muhammad, Tafsir al-Qur’anul Majid, Jilid 2, (Semarang: pustaka Rizki Putra 1995)



























HAKIKAT IMAN


Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Hadits Aqidah
Dosen Pengampu: Ahmad Bisri, M.Ag










Disusun Oleh:
Abdul Asep : 084211001
Acep Husbanul Kamil : 084211002

FAKULAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar